*GpA0GUC5TSAoGSM6GUG0BSriTi==*

BDR Dinilai Tak Maksimal, Kepsek di Lobar Siap Buka Sekolah Dengan Protokol Covid-19


Kepala SMPN 3 Labuapi , Sumasno, SE, MM 
Dan Kepsek SD 1 Gerung Utara, Sabariah


LOMBOK BARAT ,  –

Para Kepala sekolah di Lombok Barat siap membuka sekolah dengan menerapkan protokol covid-19. Sebagai wujud kesiapan sekolah, mereka pun sudah menyiapkan peralatan untuk penerapan protokol covid-19 di sekolah seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer, penyemprotan disimpektan dan masker. Dan mereka juga telah melakukan strategi dan  langkah penerapan jaga jarak untuk mencegah perserta didik berkerumun di sekolah.   

Kepsek SD 1 Gerung Utara, Sabariah mengatakan pihaknya siap membuka sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. “Kami siap membuka Sekolah dengan protokol covid-19. “Karena kami lelah juga, bukan orang tua dan anak-anak saja yang lelah. Tapi kami lelah bagaimana pembelajaran itu ada inovasi, bisa nyampai ke murid, ndak sekedar belajar,”tegas dia kemarin. Untuk menerapkan belajar tatap muka (buka sekolah), mengacu batas waktu tanggal 13 september pihak sekolah mengajukan dulu ke dinas. 

Ia menjelaskan, sebelum keluar kebijakan Mendikbud tentang BDR dimana ditekankan efektivitasya tidak harus 100 persen tentang akademik, kurikulum tidak harus tuntas 100 persen. Namun ia selaku kepala sekolah, merasa berat dan menjadi beban kalau tidak tuntas belajarnya. Lalu diterapkanlah, system Belajar dari rumah (BDR) sejak bulan April lalu. Pihaknya pun berupaya melakukan beberapa langkah inovasi bagaimana proses KBM anak-anak dari rumah terutama tentang jadwal, standar isi dan lain-lain.  

Pihaknya pun sudah membentuk tim untuk penerapan BDR melalui daring dan luring. Terutama bagaimana terhadap anak didik kelas I yang tidak pernah bisa bertemu (tatap muka) dengan guru. Awalnya pihaknya belum menggunakan system daring (online) namun mengundang orang tua mengambil tugas anak ke sekolah. Hal ini berlangsung selama tiga pekan.”Begitu ada google class room, saya buat sekolah maya,”jelas dia. Sebelum menerapkan sekolah maya ini, para guru masih awam soal ini sehingga pihaknya memberikan pelatihan kepada guru-guru. Selain itu ada grup whatsapp sekolah dengan wali murid. “Untuk BDR-nya kami disini berjalan, awal-awal beberapa orang ndak kirimkan tugas, yang namanya anak-anak dan orang tua pasti ada kejenuhan dan kesulitan mengirim pembelajaran kemudian terendala kuota internet untuk akses video,”ujar dia.

Mengatasi hal ini, pihaknya pun mengevaluasi berapa anak yang aktif dan tidak. Lalu dibuatlah kombinasi. Orang tua atau anak yang tidak merespon di grup didata. Pihaknya pun berupaya mencari cara  tanpa melanggar ketentuan bagi anak yang tidak punya kuota internet, tidak mengumpulkan tugas dan kelas I. Guru kata dia, tidak mendatangi anak ke rumah-rumah melainkan dibuat kesepakatan dengan orang tua wali untuk membawa anaknya ke sekolah untuk belajar dengan jumlah terbatas. Akan tetapi dengan kesepakatan anak-anak harus menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak. “Kami pun menyiapkan tempat yang sudah disemprot,”tegas dia. Pola ini pun jelas dia berjalan sampai saat ini, dimana tiap hari ada 5-6 anak ke sekolah untuk belajar dengan waktu belajar 1,5 jam.  

Kepala SMPN 3 Labuapi , Sumasno, SE, MM mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan belajar tatap muka di sekolah. Pihaknya sudah menyiapkan semua perangkat protokol covid-19. Tinggal kata dia, pihak dinas mengatur kebijakan pola pengaturannya an berapa mata pelajaran serta jam belajar dibatasi. Pihaknya sudah menyiapkan langkah teknis dengan mengatur satu kelas (satu rombel) dibagi dua rombel sehingga kalau enam kelas maka digunakan 12 kelas untuk mengatur jarak. “Seminggu dibagi, dua hari untuk kelas VII, dua hari untuk kelas VIII dan dua hari untuk kelas IX,jadi  anak masuk sekali seminggu, dari pada saat ini anak belajar belum jelas,”jelas dia. 

Saat ini jelas dia, BDR sangat jauh dari harapan bersama. Dari sisi kendala anak-anak tidak semua punya HP android, jika memiliki HP Android belum tentu punya uang untuk beli kuota dan jika punya keduanya bisa jadi digunakan bukan untuk belajar melainkan dipakai main game atau untuk bermedsos. “Jadi kekhawatiran orang tua ada benarnya juga, BDR jauh panggang dari api, kalau bandingkan belajar Tatap Muka. Akan tetapi BDR tetap dioptimalkan, karena COVID 19 masih mengancam keselamatan kita bersama,”tukas dia. (gl03).



Komentar0

Type above and press Enter to search.

PT. GLOBAL SWARA RAKYAT