Kepala Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Sumarsono |
MATARAM, globallombok.co.id – Kepala Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Sumarsono, menyampaikan bahwa Bantuan non Tunai (BNT/Cash Voucher Assistance/CVA) senilai Rp 7,000,000 kepada 4000 keluarga penerima manfaat Target gempa Lombok, akan digunakan penerima manfaat untuk meningkatkan
kualitas hunian.
“Buat apa beli handphone sementara di rumahnya tidak ada jamban, atau masih memilih
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kebun atau bantaran sungai. Kita ingin warga
terdampak kembali menata hidup dengan hunian sederhana tapi sehat,” jelasnya kepada
warga penerima manfaat saat memonitoring jalannya pendistribusian kartu ATM
(Anjungan Tunai Mandiri) dan buku tabungan ke wilayah Desa Belanting, Lombok Timur
dan Pendua di Lombok Utara, (26-28 Desember 2019).
Dalam kegiatan pemantauan tersebut dÃa juga didampingi langsung oleh Field Cordinator
The International Federation Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Christie
Samosir, dan Kepala Pengurus PMI Lombok Timur, H. Abdul Hafiz. Sementara di
Kabupaten Lombok Utara langsung didampingi Ketua PMI KLU, Endri.
Seperti diinformasikan sebelumnya, sejak 15 Desember 2019, PMI didukung penuh oleh
IFRC memberikan Bantuan non Tunai (BNT/Cash Voucher Assistance/CVA) keluarga
penerima manfaat terdampak gempa Lombok di tiga kabupaten di NTB yaitu: Kabupaten
Lombok Utara (Desa Salut, Loloan, dan Pendua), Kabupaten Lombok Timur (Desa
Belanting, dan Darakunci), dan Kabupaten Lombok Barat (Desa Guntur Macan, Dopang,
dan Gelangsar). Proses hingga kini masih berjalan dengan beberapa tahapan proses.
Dimulai dari verifikasi penerima manfaat, sosialisasi program, distribusi kartu penerima
manfaat, Cash Literacy (sesi pengelolaan dana bantuan dengan edukasi hunian yang
aman dan sanitasi yang sehat), pendistribusian buku tabungan dan ATM, serta
pendampingan penuh relawan PMI kepada penerima manfaat dalam penggunaan dana
bantuan.
“Tentu saja masyarakat yang terdampak gempa lebih banyak dari 4,000. bantuan ini
difokuskan untuk keluarga yang rumahnya benar-benar hancur atau rusak parah dan
kelompok yang paling sulit untuk pulih kembali seperti keluarga yang kepala keluarganya
adalah perempuan, dan keluarga dengan anggota kelompok rentan seperti lansia dan
penyandang disabilitas.
Semua data ini merupakan data yang telah di- asesment oleh 110 relawan PMI bersama masyarakat dan pemerintah desa. Bahkan daftar penerima manfaat ini kami umumkan juga dan kami sebarkan tempat-tempat publik, sehingga
seluruh anggota masyarakat-pun tahu, siapa saja yang menerima bantuan ini.
"Tentu saja pasti ada kekurangan, tapi kami bisa memastikan penyaluran bantuan ini dipantau, bisa diukur, transparan, melalui platform PMI CBI (Cash Base Intervention) System yang secara real time bisa dilihat,” tambah Christie Samosir.
Semua tahapan program telah di ikuti dan diterima semua penerima manfaat. Dalam
waktu dekat pihak Bank yang telah bekerjasama dalam program ini bersama PMI akan
melakukan dua tahap transfer, tahap pertama warga memperoleh 60% dari total bantuan
dan sisanya 40% akan ditransfer satu bulan setelah penyaluran tahap pertama.
“Dalam proses pemantauan tahap transfer pertama ini, para relawan PMI akan
memantau dan mendampingi masyarakat selama satu bulan ini.
Mereka akan memastikan masyarakat yang akan memperbaiki jamban atau dapur atau bagian
rumahnya yang rusak dengan prinsip-prinsip hunian lebih aman. Terutama memberikan
kesadaran kepada masyarakat agar tidak membeli material yang bisa mengganggu
kesehatan seperti asbestos. Kami bahkan akan membantu jika mereka ingin dukungan
teknis membuat jamban sehat, dan dapur – terutama keluarganya yang anggota
keluarganya ada yang berkebutuhan khusus,” jelas Christie.
Field Cordinator The International Federation Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Christie Samosir |
Christie juga menambahkan, pengetahuan, edukasi terkait material yang aman, jamban
sehat, sebenarnya juga telah diikuti semua penerima manfaat dalam sesi Cash Literacy.
Sehingga masyarakat teredukasi bagaimana mengelola dana bantuan ini dengan baik
dalam merancang dan membangun ruang yang mereka butuhkan. Sambil diberikan juga
pengetahuan prinsip-prinsip membangun rumah sederhana yang aman.
“Cash Literacy menjadi edukasi dan “awareness,” yang berkelanjutan untuk masyarakat.
Sehingga mereka bisa tangguh jika terjadi bencana di sekitar mereka. Bersama tim
SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) yang telah dibentuk PMI di desa, kami siap
memfasilitasi penerima manfaat yang membutuhkan pendampingan. Kami juga punya
hotline 24 jam yang bisa diakses masyarakat; 081999973543, untuk menerima umpan
balik, masukan dan pertanyaan masyarakat” jelas Christie.
PMI juga mempunyai program berkelanjutan berupa program Pengurangan Resiko
Bencana, dimana pembentukan tim SIBAT juga ada di dalamnya.
Jikalau masyarakat bersama PMI sudah mengidentifikasikan kerentanan wilayahnya, dan ada beberapa kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas membangun ketangguhan bencana, PMI akan siap membantu memberikan kapasitas yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan
kebutuhan wilayahnya.((gl 02)
Komentar0